Home Muslimah Pentingnya Mengajarkan Adab Berbicara Pada Anak

Pentingnya Mengajarkan Adab Berbicara Pada Anak

by Umi Aga
Pentingnya Mengajarkan Adab Berbicara Pada Anak

Pentingnya Mengajarkan Adab Berbicara Pada Anak. Kemampuan berbicara dengan baik bukan hanya sekadar keterampilan, melainkan sebuah seni yang membutuhkan landasan moral yang kokoh. Adab berbicara merupakan komponen kritis dalam membangun karakter seseorang, terutama pada tahap-tahap perkembangan anak. Pendidikan adab berbicara membekali mereka dengan keterampilan komunikasi yang tidak hanya efektif, tetapi juga etis. Artikel ini akan membahas tujuh prinsip adab berbicara yang esensial, yakni berkata jujur, berbicara baik atau diam, menghindari ghibah, melihat wajah lawan bicara, mendengarkan dengan antusias, tidak memotong pembicaraan, dan tidak berdebat.

1. Berkata Jujur

Perintah berkata jujur tertuang dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 70, Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” Anjuran berkata jujur juga terdapat dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, “Dari Abdullah Bin Masud: Sesungguhnya sikap jujur itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Sungguh seorang laki-laki bersikap jujur hingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sedang sifat dusta itu membawa kepada keburukan dan keburukan membawa ke neraka. Sungguh seorang laki-laki berkata dusta hingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang dusta.”

Menanamkan nilai kejujuran dalam berbicara sejak dini sangat penting dalam membentuk karakter anak. Sebagaimana disampaikan oleh Johnson (2017, h. 45), “Kejujuran adalah pondasi utama dalam pembangunan karakter anak-anak.” Mengajarkan mereka untuk selalu berkata jujur mengembangkan sikap integritas, membangun kepercayaan dalam hubungan, dan membentuk moralitas yang kuat.

2. Berbicara Baik atau Diam

Dalam sebuah hadist disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari). Imam An-Nawawi menyebutkan dalam Syarah Arbain, bahwa Imam Syafi’i mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silahkan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara).”

Baca juga: 7 Cara Mendidik Anak untuk Melahirkan Generasi Hebat

Prinsip “berbicara baik atau diam” mengajarkan anak-anak untuk memilih kata-kata dengan bijak. Menurut Santoso (2019, h. 68), “Kata-kata yang diucapkan memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi dan hubungan antarindividu.” Ketika anak diajarkan untuk berbicara dengan kata-kata yang positif atau memilih diam ketika tidak ada yang baik yang diucapkan, mereka belajar menghargai dampak kata-kata dalam membentuk lingkungan yang positif.

3. Tidak Menggunjing (Ghibah)

Dalam Al-Quran disebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Janganlah kamu sekalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sekalian berghibah (menggunjing) satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu sekalian yang suka makan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ghibah atau menggunjing adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada saudaranya ketika ia tidak hadir dengan sesuatu yang benar tetapi tidak disukainya, seperti menggambarkannya dengan apa yang dianggap sebagai kekurangan menurut umum untuk meremehkan dan menjelekkan. Menghindari perilaku menggunjing atau ghibah merupakan prinsip yang mengajarkan anak untuk menghargai privasi dan menghindari tindakan negatif terhadap orang lain. Menurut Aziz (2018, h. 92), “Ghibah merusak hubungan sosial dan menghancurkan kepercayaan antarindividu.” Pendidikan untuk tidak melakukan ghibah membantu anak memahami pentingnya menjaga tutur kata yang positif dan mendukung.

4. Melihat Wajah Lawan Bicara

Nabi Muhammad Saw. mempunyai cincin yang bagus. Membuat beliau sering menatap cincin tersebut dan memalingkan beliau dari perhatian kepada para sahabat ketika berbicara. Akhirnya beliau melempar cincin tersebut karena mengalihkan perhatian dari para sahabatnya ketika berbicara. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadist dari Ibnu Abbas, ra. beliau berkata, “Rasulullah Saw. mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau Saw. bersabda “Cincin ini telah menyibukkanku dari (memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian.” Kemudian beliaupun melempar cincin tersebut.” (Shahih An-Nasai)

Melihat wajah lawan bicara adalah bentuk penghormatan dalam berkomunikasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Carnegie (2015, h. 112), “Ketika kita melihat wajah lawan bicara, kita menunjukkan bahwa kita memberikan perhatian sepenuh hati.” Ini membantu anak mengembangkan keterampilan empati, meningkatkan pemahaman terhadap ekspresi wajah, dan menciptakan interaksi yang lebih terkoneksi.

Pentingnya Mengajarkan Adab Berbicara Pada Anak

Pentingnya Mengajarkan Adab Berbicara Pada Anak

5. Mendengarkan dengan Antusias

Pendidikan untuk mendengarkan dengan antusias mengajarkan anak untuk memberikan perhatian penuh saat berbicara dengan orang lain. Sebagaimana diungkapkan oleh Barker (2017, h. 56), “Mendengarkan bukan hanya tentang mendengar, tetapi juga tentang memahami dan merespons dengan antusias.” Dengan melibatkan diri secara aktif dalam proses mendengar, anak-anak dapat membangun keterampilan komunikasi yang lebih efektif.

Contoh adab para Salafus Sholih berikut ini benar-benar memperhatikan adab ketika sedang berbicara kepada yang diajak bicara. Mereka benar-benar memperhatikan lawan bicara dengan antusias sebagai bentuk penghormatan dan tidak disibukkan dengan urusan lainnya. Ata bin Abi Rabah berkata, “Ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-benar mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar Alaam An-Nubala 5/86)

6. Tidak Memotong Pembicaraan

Salah satu adab berbicara adalah tidak memotong pembicaraan dan selalu memperhatikan orang yang sedang berbicara. Imam Hasan Al-Bashri berkata, “Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa).

Prinsip tidak memotong pembicaraan mengajarkan anak untuk menghormati sudut pandang dan ekspresi orang lain. Menurut Jones (2020, h. 78), “Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menyampaikan pikiran mereka adalah bentuk penghargaan terhadap keberagaman pendapat.” Dengan membiasakan diri untuk tidak memotong pembicaraan, anak-anak belajar untuk bersikap terbuka terhadap ide-ide baru dan berbeda.

7. Tidak Berdebat

Debat menurut ajaran Islam adalah hal yang dibenci oleh Allah Swt. Allah membenci perdebatan karena menyebabkan perselisihan dan permusuhan. Dalam hadist riwayat At-Tirmidzi, Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak ada kaum yang sesat setelah petunjukku kecuali orang-orang yang suka berdebat.” Imam Ghazali mengatakan larangan berbantah-bantahan telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Jangan membantah saudaramu, jangan mengejeknya dan jangan berjanji kepadanya, lalu engkau tidak menepati.”

Baca juga: 7 Cara Mencegah Bullying pada Anak, Nomor 7 Paling Penting

Menjauhi perilaku berdebat merupakan prinsip yang membantu anak-anak memahami bahwa setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Sebagaimana dijelaskan oleh Carnegie (2015, h. 134), “Berdebat memperkaya wawasan ketika dilakukan dengan menghormati dan membuka diri terhadap sudut pandang lain.” Mengajarkan anak untuk tidak berdebat secara kasar atau merendahkan pendapat orang lain membangun sikap toleransi dan menghormati keberagaman.

Membangun Karakter yang Etis dan Komunikatif

Pendidikan adab berbicara pada anak bukan hanya tentang pengembangan keterampilan berkomunikasi, melainkan juga pembentukan karakter yang etis dan komunikatif. Melalui prinsip-prinsip seperti berkata jujur, berbicara baik atau diam, menghindari ghibah, melihat wajah lawan bicara, mendengarkan dengan antusias, tidak memotong pembicaraan, dan tidak berdebat, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya pandai berbicara tetapi juga memiliki kesadaran moral yang tinggi.

Mengutip penelitian dari Santoso (2019), pentingnya kata-kata dalam membentuk persepsi, dan Barker (2017), mendengarkan dengan antusias adalah kunci, menjadi penguat argumen bahwa pendidikan adab berbicara pada anak adalah investasi berharga dalam membentuk generasi yang komunikatif, toleran, dan menghargai perbedaan. Pendidikan ini mempersiapkan mereka untuk berinteraksi dalam masyarakat yang semakin kompleks, di mana kemampuan berbicara yang etis menjadi landasan untuk kesuksesan pribadi dan profesional.

Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya mengajarkan adab berbicara pada anak tidak hanya menciptakan individu yang pandai berbicara, tetapi juga membentuk fondasi karakter yang kokoh, yang pada akhirnya akan membawa dampak positif pada perkembangan masyarakat secara keseluruhan.

0 comment

You may also like