Kisah dakwah seorang Ustadzah muda berdakwah dengan menjadi guru Tahfidz di kaki gunung Sibayak. Pilihan Rizki Amaliyah Lubis (22) menjadi Guru Tahfiz Qurβan di dusun terpencil kaki Gunung Sibayak benar-benar mendapatkan apresiasi. Rombongan Ustadz Parlaungan Nasution saat meninjau progres pembangunan Masjid Nurul Yaqin di Dusun Lau Gedang Desa Suka Makmur Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, belum lama ini.
Baca juga: Kisah Perjuangan Dakwah di Pedalaman Hutan Halmahera
Betapa tidak, di tengah banyak anak gadis seusianya beraktivitas di perkotaan dengan segala glamour gaya hidup, Rizki Amaliyah memilih menjadi Guru Tahfiz Qurβan. Dia memilih jalan mendampingi anak-anak muβallaf Karo yang bermukim di desa terpencil yang berada di cekungan kaki Gunung Sibayak.
Di sela peninjauan pembangunan masjid Nurul Yaqin Lau Gedang, Rizki Amaliyah kukuh menjadi Guru Tahfiz atas dorongan hati nurani setelah menamatkan pendidikan di Pesantren Hidayatullah mengikuti jejak abangnya Habibullah Lubis yang lebih dulu memilih menjadi Guru Tahfiz Qurβan di Jaranguda Berastagi Kabupaten Karo.

Ustadzah Rizky Amaliah di Tengah Santri Binaannya
βLangkah dan pilihan saya ini tidak terlepas dari hidayah Allah SWT. Kalau tanpa hidayah dan petunjuk serta bimbingan Allah, mungkin saya tidak berada di dusun terpencil bawah kaki Gunung Sibayak ini sampai sekarang,β tutur Rizki Amaliyah. Ustadzah Rizki menjadi Guru Tahfiz di Dusun Lau Gedang sekitar 12 bulan lebih.
Baca juga: Banjir Tidak Menyentuh Pesantren Hidayatullah Masamba
βAllah jualah yang memberi rezeki kepada kami para Guru Tahfiz yang mengabdi di desa-desa terpencil Kutalimbaru Deli Serdang. Melalui bantuan para dermawan sehingga kami dapat terus bertahan di dusun terpencil ini dengan senang hati,β tukas Rizki Amaliyah Lubis.
Bertahan dengan Kesederhanaan
Sehari-harinya Rizki tinggal di pondok rumah Tahfiz Qurβan sederhana. Lokasinya di kaki bukit lembah Lau Gedang bersama anak-anak didiknya di sepetak tanah yang telah yayasan beli.

Kisah Dakwah Ustadzah Rizky Amaliah bersama para santri Yayasan Hidayatullah
Suhu pegunungan yang dingin pada malam hari plus tidak adanya sinyal seluler, tetap tidak menyurutkan semangatnya untuk bertahan. Untuk menghibur diri dan mendapatkan sinyal selular sesekali Rizki mendatangi rumah Tahfiz yang lebih dulu abangnya rintis di Desa Jaranguda Kecamatan Berastagi. Jaraknya dari lembah Lau Gedang lebih kurang 5 kilometer dengan kondisi jalan tanah berbatu.
Baca juga: Kisah Dakawah Guru Ngaji di Pedalaman Pulau Aru
βSyukur alhamdulillah ada saja yang membantu. Kami dan anak-anak Tahfiz Qurβan yang sekitar 20-an orang sangat merasa cukup. Dan kami merasa bergembira walaupun makan seadanya. Alhamdulillah sayur-mayur banyak tumbuh di sekitar kami,β tutur Rizki.
Saat ini pondok rumah Tahfiz Qurβan Lau Gedang berniat memperbaiki pondok yang lebih baik dan lapang.*/Zul Anwar Ali Marbun/hidayatullah.or.id