Banjir bandang yang terjadi di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu masih menyisakan banyak cerita. Antara lain sebagaimana yang viral yaitu cerita banjir bandang yang tidak menyentuh kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Masamba. Sekretaris Yayasan Hidayatullah Masamba, Amrullah, menjelaskan, saat terjadinya bencana tersebut pada Senin (13/07/2020) malam, suasana kampus seperti hari-hari biasa tidak ada bencana.
Awal Kisah Banjir Masamba
Sebenarnya, kata dia, sejak sekitar sepekan sebelum kejadian, sudah beberapa kali terjadi luapan air sungai yang berada sekitar 100 meter dari kampus. Hal ini disebabkan tingginya intensitas hujan. βLima hari (hujan terus), sampai sekarang,β ujar Amrullah di Masamba, di sela-sela membantu proses tanggap darurat.
Bahkan katanya sudah lima kali terjadi banjir. Pada banjir pertama, air sungai turut membawa material seperti kayu dan pasir. Akibatnya, struktur sungai berubah. Endapan pasir menebal dan debit air sungai meningkat. Sampai kemudian pemerintah setempat kata dia melakukan upaya mengantisipasi bencana, yaitu dengan membuat dinding (dari karung yang diisi material) penahan air di pinggir sungai.
Baca juga:Β Kisah Perjuangan Dakwah di Pedalaman Halmahera
Senin itu, hujan terus menerus. Tiba-tiba, tutur Amrullah, arus sungai datang membawa lumpur, meluber sampai ke jalan dan jembatan. βPemerintah keluarkan peringatan, βSemua warga Masamba di dekat sungai menjauh. Karena air semakin tak terkendali!β,β tutur Amrullah. Malam bakda isya, sekitar pukul 22.00 WITA, Amrullah bersama seorang rekannya pun keluar kampus menyusuri area sekitar. Ternyata, didapatinya lumpur telah menggunung di jalan provinsi. βAkses terputus,β tuturnya.
Besoknya, Selasa pagi, para pengurus rapat dan memutuskan untuk meliburkan kegiatan santri. Para pelajar itu dipulangkan ke rumah masing-masing. Pengurus juga membentuk tim relawan. Yang membuat Amrullah dan para pengurus serta santri heran, kondisi di dalam pesantren tampak biasa-biasa saja. Pemandangan kontras terlihat di sekitar pesantren. βDi dalam pesantren sama sekali enggak ada bencana,β tuturnya. βKalau di luar pesantren sudah banyak rumah tertimbun (lumpur),β tuturnya.
Banjir Tidak Menyentuh Area Pesantren
Pasca bencana itu, sebagian besar penghuni pesantren mengungsi ke tempat aman. Begitu pula semua masyarakat di sekitar pesantren juga telah pada mengungsi. Sebagian pengurus Hidayatullah saja yang hingga kemarin tetap bertahan, berjaga-jaga di kampus, sambil mengantisipasi terjadinya banjir susulan. βKarena sampai hari ini (Rabu, red) masih hujan terus,β tuturnya. Untuk diketahui, Ponpes Hidayatullah Masamba terletak di Jl Lamaranginang, Kelurahan Bone Tua, Kecamatan Masamba, Luwu Utara. Penghuni Ponpes ini sebanyak 150 santri putra putri serta 11 kepala keluarga.
Amrullah menyebutkan, secara geografis, ponpes itu terbilang dekat dari Sungai Masamba yang airnya meluap dan mengakibatkan banjir bandang tersebut. Menurutnya, di bagian depan kampus, dalam radius 100 meter lumpur menggenang permukiman. Begitu pula pemandangan yang sama di samping kanan-kiri pondok, dengan ketinggian lumpur bervariasi. Di antara Sungai Masamba dengan kampus Hidayatullah Masamba, kata Amrullah, terdapat rumah warga. Antara rumah warga dengan kampus pesantren terpisah oleh sebuah jalan.
Baca juga:Β Kisah Guru Ngaji dari Pelosok Negeri
βMasuk air di rumah warga itu. Tapi enda menyeberang jalan raya itu air,β ujarnya. Seakan-akan, ia mengakui bahwa rumah warga dan jalan tersebut sebagai βtembokβ yang menghalangi banjir menyentuh kampus lembaga pendidikan Islam tersebut. Masyarakat sekitar ponpes pun, tuturnya, terheran-heran melihat kondisi ponpes. Mereka pada bertanya, βLuar biasa Pesantren Hidayatullah itu tidak terdampak,β sebut Amrullah mengutip ungkapan warga sekitar.
Ia pun menilai bahwa kejadian tersebut merupakan pertolongan Allah semata. βArtinya ada keajaiban, ada pertolongan Ilahi, mungkin karena ada shalat lail, ada wirid, ada amalan di sana,β sebutnya. Pengurus SAR Hidayatullah yang turut terjun sebagai relawan TASK Hidayatullah Peduli Masamba, Armin, juga mengakui bahwa kondisi Ponpes Hidayatullah hingga saat ini aman. βWalaupun orang-orang cukup terheran-heran (atas kejadian itu),β ujar Armin yang juga seorang dai kepada hidayatullah.com secara terpisah.

Banjir Bandang Tidak Menyentuh Pondok Hidayatullah Masamba
Kisah Viral dari Status Facebook
Kejadian itu sebelumnya viral setelah seorang warga di Desa Bassiang, Masamba, Kartini Echa menceritakan kejadian itu lewat status Facebooknya.
βBukti kekuasaan Allah, keponakanku wulandari (anakx adeku sultan) yg dari Palopo, mondok di Hidayatullah Masamba lokasix di samping jembatan lorong dikit masuk, bercerita, pesantrenx tdk tersentuh air sama sekali sementara rumah di sekelilingx air sudah sampai atap sementara para rumah itu lebih tinggi daripada pondok, air seperti disetir u tdk menyentuh pondok. Masya Allah!
saat kejadian mereka pasrah karena tdk tau mau kemana. Ustadza kumpulkan santrinya lalu syikir bersama..krn tdk tau mau lari ke mana.πππ pertolongan Allah dtg , pesantren seperti ditembok keliling oleh Allah. Meski ada juga beberapa santri jadi korban dari pondok santri yg lain karena masamba mmng ada beberapa pesantren. Ini kisah nyata bukan sinetron. βMari Istiqomahβ tulis Kartini pada Selasa (14/07/2020).
Baca juga: Kisah Perjuangan Melawan TBC Resisten Obat
Kartini menuturkan, kisah itu ia sampaikan sesuai apa yang keponakannya ceritakan. Ia mengaku tidak punya kepentingan apa-apa selain ingin mengajak masyarakat untuk merenungkan dan mengambil pelajaran dari kejadian itu. βSaya hanya dengar cerita dari keponakan saya,β tutur Kartini kepada hidayatullah.com pada Kamis (16/07/2020) melalui pesan jalur pribadi. Keponakannya tersebut, yang merupakan santri Hidayatullah Masamba, pasca kejadian itu telah mengungsi ke Palopo. βSudah bersama keluarga,β tuturnya.
Doa Santri dan Ustadz
Wulan, 13 tahun, bercerita. Senin (13/07/2020) malam itu, selepas shalat isya, ia baru hendak makan, sekitar pukul 21.00 WIB. Tahu-tahu ustadzahnya mengabarkan bahwa bencana banjir sedang mengancam. Para santri dan santriwati pun berkumpul secara terpisah di asrama masing-masing. Wulan dan sekitar 90 teman-teman Muslimahnya berkumpul di mushalla. Mereka mempersiapkan diri jika banjir melanda pesantren.
Mereka juga mempersiapkan diri menyelamatkan berkas-berkas dan dokumen penting. Malam itu pun Wulan mengaku perasaannya sempat deg-degan. Apalagi saat itu ia mendengar suara seperti gemuruh, yang awalnya ia kira suara temannya yang mengorok. βTernyata suara air,β tutur Wulan di Palopo kepada hidayatullah.com via sambungan telepon melalui handphone bapaknya.
Malam itu, tutur Wulan, ia dan para santri/santriwati lainnya membaca Al-Qurβan dan berdzikir kepada Allah, seraya berdoa meminta pertolongan agar terhindar dari bencana. βSampai jam 1 malam,β tuturnya. Subhanallah! Wulan dan kawan-kawan serta para ustadz-ustadzahnya bersyukur kepada Allah karena ternyata malam itu bencana tidak melanda kampusnya. Wulan pun mengakui bahwa kejadian itu berlaku atas kehendak Allah.
βAlhamdulillah senang. Karena katanya orang Pondok Pesantren Hidayatullah sama Al Fatah itu sudah tenggelam, ternyata tidak,β ujar santriwati MTs yang baru setahun mondok di Hidayatullah Masamba ini. Pada sisi lain, mereka turut berbelasungkawa atas musibah yang melanda saudara-saudara di Masamba. TASK Hidayatullah Peduli Masamba hingga saat ini terus berjibaku dalam membantu warga yang terdampak bencana tersebut. Semoga para korban tetap tabah dan sabar, serta musibah ini segera berlalu. *Dikutip dari www.hidayatullah.com