5 Tips Menjalankan Puasa Berkualitas. Setiap ibadah mempunyai standart pahala yang baku, definitif dan bahkan terukur, kecuali ibadah puasa. Salat berjamaah, pahalanya dilipatkan dua puluh tujuh derajat. Zakat, hartanya akan menjadi berkah dan bertambah. Haji mabrur tiada balasan kecuali surga. Ibadah lain dilipatkan pahalanya antara sepuluh sampai dengan tujuh ratus kali lipat.
Akan tetapi tidak demikian dengan puasa. Allah menyebut nilai ibadah puasa akan langsung dipersembahkan kepada-Nya. Dan, Allah yang akan memberikan hadiah tidak terukur karena pahalanya langsung dipersembahkan pada Allah SWT. Sebagaimana dalam sebuah hadist, “Semua amal keturunan Adam dilipatgandakan sepuluh sampai dengan tujuh ratus kali lipat kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya” (HR Muslim dari Abu Hurairah).
Nilai dan pahala puasa yang unlimited value dan unidentified value ini paralel dengan pahala kesabaran sebagaimana yang disebut dalam firman Allah SWT: “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas” (QS Az Zumar 10).
Menyambungkan dua nash ini, Imam Ibnu Hajar menjelaskan pahala puasa yang sangat besar dan tanpa batas ini, karena puasa adalah manifestasi sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dari yang diharamkan Allah dan sabar terhadap takdir Allah yang menyakitkan dari lapar, haus dan lemahnya badan serta jiwa. Maka terkumpul di dalamnya tiga macam kesabaran.
Daftar Isi
5 Tips Menjalani Puasa Berkualitas
Dengan begitu luar biasanya pahala dan keutamaan ibadah puasa, maka kita wajib melaksanakannya dengan power full. Nah berikut ini, ada beberapa tips, supaya puasa yang dilakukan setiap orang Islam menjadi puasa yang sesuai dengan kehendak sang pembuat aturan puasa.
1. Menjalankan dengan Ikhlas
Inilah penentu awal kualitas puasa setiap orang Islam. Tidak hanya puasa, bahkan seluruh amal akan ditentukan pertama kali oleh standar ini. Jika amal dilakukan dengan ikhlas karena Allah maka amalnya menuju Allah (berpeluang diterima Allah), tetapi jika dilakukan karena selain Allah, maka amal itu tidak memiliki peluang sama sekali untuk menjadi bernilai di sisi Allah SWT.
Salah satu alasan pahala puasa itu unlimited value adalah karena hampir semua ibadah berpotensi terkontaminasi sikap riya’ kecuali ibadah puasa. Menurut Imam Al-Qurtuby, ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, maka puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut kecuali Allah, maka Allah sandarkan puasa kepada Diri-Nya.
Baca juga: 7 Hikmah dan Manfaat Berpuasa untuk Kesehatan
Senada dengan itu, Imam Ibnu Al-Jauzi berkata, Semua ibadah terlihat amalannya. Dan sedikit sekali yang selamat dari godaan (riya). Dan ini berbeda dengan ibadah puasa. Inilah makna yang terkandung hadis Rasulullah SAW: “Siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan ihtisab (mengharapkan pahala) niscaya diampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu.” Dalam hadits lain “Siapa yang berdiri (shalat) Ramadhan karena iman dan ihtisab (mengharapkan pahala) niscaya diampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dan menjaga keikhlasan puasa itu lebih mudah dari pada ibadah lain, karena puasa adalah amalan batin. Maka Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya Ulumiddin: “Puasa itu sendiri rahasia yang padanya tidak ada amal yang disaksikan. Seluruh amal ketaatan itu disaksikan dan dilihat oleh makhluk sedangkan puasa hanya dilihat oleh Allah Azza wa Jalla, karena puasa itu amal batin dengan semata-mata kesabaran.”
2. Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa
Agar puasa menjadi berkualitas, maka puasa itu harus sah dan benar sesuai kaifiyah dan regulasi puasa. Artinya, setiap orang yang melaksanakan puasa harus melaksanakan syarat rukun puasa serta meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa. Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah menjelaskan hal-hal yang membatalkan puasa itu dibagi menjadi dua yaitu:
Pertama, yang membatalkan puasa dan wajib qadha. Antara lain makan atau minum dengan sengaja. Jika seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, itu tidak membatalkan puasanya. Muntah dengan sengaja. Mengeluarkan sperma, baik karena mencium istrinya atau hal lain di luar bersetubuh dan mimpi. Dan Meniatkan berbuka. Karena niat merupakan rukun puasa, maka niat berbuka berarti membatalkan puasanya.
Kedua, yang membatalkan puasa dan wajib qadha’ dan membayar kafarat. Mayoritas ulama berpendapat bahwa tindakan membatalkan puasa yang mengharuskan wajib qadha serta membayar kifarat hanyalah bersenggama dan tidak ada yang lain. Kafaratnya dengan cara memerdekakan budak, jika tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu memberikan makan kepada enam puluh orang miskin.

Inilah 5 Tips Menjalankan Puasa Berkualitas
3. Meninggalkan hal-hal yang membuat puasa sia-sia
Hal lain yang harus dilakukan agar puasa menjadi berkualitas adalah meninggalkan hal-hal yang membuat puasa sia-sia. Ini dilakukan dengan cara menjauhi perkara-perkara yang telah diharamkan Allah SWT. Kemampuan meninggalkan hal-hal membuat puasa ini menjadi sia sia ini akan menjadi tolok ukuran status puasa seseorang. Secara klasifikatif, Imam Ghazali membagi orang yang berpuasa ini dalam tiga kategori, yaitu : puasa umum (puasanya orang awam), puasa khusus, dan puasa paling khusus.
Puasa umum ialah sekedar menahan lapar, haus dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Sekedar memenuhi syarat dan rukun puasa secara lahiriyah saja. Sedangkan puasa khusus, selain menahan lapar, menahan haus, menahan syahwat, juga menahan pendengaran, mata, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari semua maksiat dosa.
Baca juga: Inilah 7 Amalan Terbaik di Bulan Ramadan
Mempuasakan telinga dari mendengarkan segala sesuatu yang haram dan makruh. Karena segala sesuatu yang haram diucapkan adalah haram pula untuk didengarkan. Bahkan, Allah SWT menyamakan orang yang mencari pendengaran haram dengan pemakan harta haram. Mempuasakan tangan dengan cara tidak mendzalimi orang lain, tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, serta tidak melakukan perbuatan lain yang dilarang syariat.
Bahkan ketika seseorang mendengar berita dan langsung diinformasikan kepada orang lain, seperti yang dilakukan beberapa orang ketika menerima sebuah informasi dari media sosial kemudian menyebar luaskan berita yang tidak jelas validitas dan accurazy-nya, maka Rasulullah mengkategorikannya sebagai pembohong.
4. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat
Orang yang melakukan puasa, adakalanya merasa suntuk dan bosan dengan aktifitas sehari hari kemudian mengisi siang harinya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dengan alasan agar lupa rasa lapar dan haus selama puasa mereka.
Seharian menghabiskan waktu dengan banyak berselancar di dunia maya, menghabiskan waktu di depan televisi, memperbanyak main game, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini hendaknya ditinggalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas. dalam hadist disebutkan, ”Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat.” (HR Tirmidzi).
5. Memperbanyak amal sholeh
Banyak orang terkecoh dengan memperbanyak tidur saat puasa karena menilai itu sebagai ibadah. Bahwa tidur itu lebih baik dibandingkan jika melakukan hal-hal yang makruh atau haram. Akan tetapi, tentu lebih baik lagi jika pada saat puasa kita memperbanyak amal sholeh, mengisinya dengan aktifitas- aktifitas positif yang bernilai ibadah di sisi Allah SWT seperti memperbanyak tilawah Al-Qur’an, berdzikir kepada Allah, Shalat sunnah, tafakur, mengkaji ilmu-ilmu agama, memperbanyak infaq, dan lain sebagainya.
Baca juga: Cara Memanfaatkan Smartphone di Bulan Ramadhan
Rasulullah dan para sahabatnya sangat mengerti keutamaan Ramadan dan bagaimana memperbaiki kualitas puasa mereka. Karenanya dalam setiap Ramadhan mereka melakukan riyadhoh dengan semakin memperbanyak amal soleh.
Ibnu Abbas menuturkan bagaimana peningkatan amal soleh Rasulullah SAW, khususnya tilawah dan infaq sebagai berikut: “Adalah Nabi orang yang paling dermawan dalam kebaikan dan sifat dermawannya semakin bertambah pada bulan Ramadhan tatkala malaikat Jibril menemui Beliau untuk mengajarkan Al-Qur’an. Jibril ‘alaihissalam biasa mendatangi beliau setiap malam bulan Ramadhan hingga berakhirnya bulan tersebut. Pada setiap malam itu Nabi senantiasa memperdengarkan bacaan Alqurannya kepada Jibril. Apabila Jibril menjumpai beliau maka beliau sangat dermawan pada kebaikan melebihi angin yang berembus.” (HR. Al-Bukhari- Muslim).
Demikianlah cara mewujudkan puasa yang berkualitas. Semoga kita termasuk orang-orang yang dimudahkan Allah SWT sehingga bisa berpuasa dengan kualitas seperti itu dan akhirnya mencapai derajat taqwa; mendapatkan ampunan Allah SWT, meraih ridho dan dimasukkan ke dalam surga- Nya.